Thursday, December 21, 2023

TAK SELALU DIURUT

 Masalah cedera perlu penanganan khusus. Tak bisa sembarangan. Terkait permasalahan seputar cedera itu, ada pendapat dr Budiyono dan fisioterapis olahraga Asep Aziz Muslim. Meliputi pencegahan dan penanganannya. Bahkan Asep sekaligus mempraktikkan caranya.

TAK HANYA atlet yang rentan cedera. Orang biasa, bahkan pekerja pun dapat mengalami cedera. Dalam talkshow seputar hidup sehat, dr Budiyono mengungkapkan masalah yang dialami pekerja ada tiga hal. “Paling sering adalah stres, anxiety, dan depresi,” katanya, dalam acara yang berlangsung pada 6 Desember 2023 di Klinik Intibios Surabaya.

Itu disebabkan oleh tekanan dan beban tugas para pekerja yang sering kali menyita tenaga dan pikiran. Aktivitas fisik yang monoton, jarang bergerak hanya menghadap laptop atau komputer, membuat para pekerja mengalami masalah musculosketal. Yakni pinggang terasa capek, rasa sakit pada leher, dan semacamnya.

Selanjutnya, penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan. Seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. “Apa yang harus dilakukan? Untuk mencegahnya, minimal berolahragalah dalam waktu 30 menit sehari,” ujarnya. Lebih baik jika dilanjutkan dengan melakukan screening dan fisioterapi.

Senada dengan dr Budiyono, Asep menyebut bahwa olahraga dapat menghilangkan stres. “Jika mengalami cedera, jangan sampai self-diagnostic. Itu berbahaya, karena kita tidak tahu sejauh mana cedera yang dialami, dan efeknya bagi tubuh,” ungkapnya.

Mindset kebanyakan orang, jika mengalami cedera, seperti terkilir atau keseleo, pasti larinya ke tukang urut. “Padahal tidak semua bisa diselesaikan dengan urut. Misalnya otot robek, kalau diurut malah bisa semakin robek. Adanya osteoporosis, jika dipijat, tulang bisa patah,” terangnya.

Ia pun mengajak para pengunjung, yang sebagian besar pekerja, untuk melakukan gerakan duduk-berdiri. Dilanjutkan dengan menyentuh telapak kaki dengan jari tangan. Tak semua bisa melakukannya. Ia melakukan gerakan meletakkan dua telapak tangan di paha kanan dan kiri, lalu melakukan dorongan. Sehingga paha menahan dorongan kedua tangan itu.

Lantas, ia sedikit berjongkok, lalu berdiri. “Setelah gerakan ini, coba disentuh kakinya dengan jari tangan sambil menunduk,” ungkapnya. Tak disangka, jangkauan jari tangan dan proses membungkuk lebih maksimal dari sebelumnya.

Yang tadinya tak bisa terjangkau, setelah melakukan gerakan berulang, jadi bisa terjangkau. “Itu semacam pelemasan bagi tubuh dan otot kita. Meski, tak semua bisa menyentuh ujung jari kaki dengan tangan. Karena kondisi dan bentuk tubuh setiap orang berbeda,” ungkapnya.

Untuk mengetahui kondisi fisik tubuh dan bagian mana yang rentan cedera, maka seseorang dapat melakukan fisioterapi. Di klinik tersebut, hal mendasar bisa dilakukan. Pertama, seorang pengunjung dapat melakukan tes awal, yakni shoulder exam.

Salah seorang pengunjung bernama Iklimiyah mencoba langsung tes tersebut. Pada shoulder exam, ia diarahkan untuk menyilangkan tangan kanan dan kiri di punggung, lalu menyatukan genggaman kanan-dan kiri. Pada percobaan pertama, ketika tangan kanan melingkar dari atas, dan tangan kiri di bawah, keduanya dapat disatukan.

Pada percobaan kedua, ketika tangan kiri dilingkarkan ke belakang lewat atas, dan tangan kanan dilingkarkan dari bawah, kedua telapaknya tak dapat menggapai. Tak seperti sebelumnya. “Itu berarti tangan kirinya jarang digunakan, atau aktivitasnya lebih banyak menggunakan tangan kanan,” ujar Asep.

Tes selanjutnya, Iklimiyah diarahkan untuk duduk, kemudian berjalan mengitari cone hijau berukuran kecil, satu putaran dengan langkah cepat. Dia membutuhkan waktu 7 detik untuk berjalan cepat tersebut. Tes itu disebut Time Up & GO (TUG), untuk mengetahui kondisi fisik kaki dan seberapa cepat mereka dalam melangkah.

Di bawah 12 detik adalah waktu normal untuk orang sehat. Sedangkan orang tua atau orang yang tak memiliki kesehatan yang baik, membutuhkan waktu di atas 12 detik. Setelah itu, Iklimiyah mencelupkan dua kakinya di wadah air, lalu menjejak di atas kertas buram.

Fisioterapis melihat bentuk kakinya itu, sebagaimana bentuk kaki orang yang sehat. Ada bentuk-bentuk tertentu yang mengindikasikan jika orang itu kurang sehat. “Alhamdulillah saya sehat. Memang selama ini tak ada keluhan. Hanya ingin check up saja,” ujar Iklimiyah.

Tes terakhir, pencitraan tulang. Hasilnya diketahui bahwa struktur tulang Iklimiyah cenderung sedikit ke belakang. Namun, itu masih kategori normal. “Ini disebut posture test untuk mengetahui postur tubuh seseorang,” ujar Asep.

Siapa pun sebenarnya perlu untuk melakukan fisioterapi atau check up, untuk mengetahui potensi fisik yang mudah cedera. Maka pemeriksaan fisik tak perlu menunggu cedera. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Dalam kesempatan itu, dikenalkan pula sebuah program untuk menjaga kebugaran dan produktivitas para pekerja. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh serta mendorong penerapan gaya hidup sehat. (Guruh Dimas Nugraha)

 Sumber tulisan : https://harian.disway.id/readepaper/913/khofifah-muslimat-nu#flipbook-df_manual_book/25/

No comments: