Monday, June 21, 2021

Siboen Halilintar by Disway

https://www.jpnn.com/news/siboen-halilintar

Artikel ini telah tayang diJPNN.comdengan judul
"Siboen Halilintar",
https://www.jpnn.com/news/siboen-halilintar
Ia tergolong barisan from zero to hero zaman baru: Siboen. Si juara YouTuber di kelasnya. Si orang desa. Si anak buruh tani. Si penderita buyuten –yang kalau lagi memegang sesuatu tangannya gemetar. Penghasilannya sekarang Rp 50 juta/bulan. Bisa di atas itu. Baca Juga: YouTuber Makin Menjamur, Andovi da Lopez Justru Resah, Begini Alasannya Pernah sampai ratusan juta rupiah per bulan –ketika iklan masih mahal sebelum Covid-19. Yang jelas ia –Siswanto alias Siboen itu– tidak miskin lagi. Tinggalnya masih tetap di pelosok desa di Banyumas, tetapi di rumahnya sudah ada Indihome. Internetnya berkecepatan tinggi. HP-nya enam buah. Mobilnya baru: Toyota Rush. Baca Juga: YouTuber Alman Mulyana Mengungkap Suka Duka Jadi TKI kepada Gus Muhaimin Semua itu Siswanto beli dari hasil menjadi YouTuber. Dia menjadi OKB di desa itu –orang kaya baru. Perubahan drastis ekonominya membuat orang di desa curiga: Siswanto punya jin atau prewangan.

Si tuyul, prewangan itu, bekerja secara maya mengambil harta orang lain untuk diberikan ke tuannya. Sampai pun ada warga yang melarang anaknya ke rumah Siboen –takut dijadikan tumbal: makanan si tuyul. Baca Juga: Kisah Sukses Sejumlah YouTuber Diangkat Dalam Docuseries 10 Episode Tuyul zaman sekarang itu tak lain ya YouTube itu. Pekerjaannya sering dibilang tidak jelas, tetapi hasilnya nyata. Untuk sampai ke sana Siswanto harus melalui perjalanan hidup yang lika liku laki laki luka luka. Saking miskinnya. Saking sulitnya. Tamat Ibtidaiah (SD), Siswanto tidak mampu masuk SMP. Untungnya ada tawaran pelatihan di Balai Pelatihan Kementerian Sosial di Magelang. ADVERTISEMENT Siswanto berangkat. Bersama 33 anak-desa-putus-sekolah lainnya. "Saya ingin ikut pelatihan elektronik," ujar Siswanto saat saya ajak bicara kemarin. "Saya tidak diterima," tambahnya. Penyebabnya: Siswanto menderita tremor. Tangannya suka bergetar sendiri. Orang Jawa menyebutnya buyuten. Siswanto dialihkan ke jurusan perbengkelan. Bengkel sepeda motor. Dari dua tahun masa pelatihan, yang enam bulan diharuskan magang di bengkel umum di Magelang.
Siswanto lulus terbaik di angkatannya. Ia juga lulus terbaik di antara rombongan 33 orang dari desanya. Tidak sulit Siswanto mengalahkan rombongan awalnya itu: dari 33 orang tersebut hanya tiga yang jadi ikut pelatihan. Yang 30 lainnya ditarik pulang oleh orang tua mereka. Penyebabnya satu: balai pelatihan itu ternyata bagian dari panti rehabilitasi anak nakal dan sakit jiwa. Sebagai lulusan terbaik Siswanto mendapat hadiah konkret: peralatan lengkap untuk mendirikan bengkel sepeda motor di desanya. Namun, Siswanto pesimistis bisa jalan. Dia pilih menerima tawaran merantau ke Jogja. ADVERTISEMENT Dia pilih bekerja di bengkel milik teman guru pelatihannya. Prestasi Siswanto membuat gurunya menghubungi si teman. Bahkan sang guru menampung Siswanto di rumahnya –sebelum Siswanto dapat penghasilan. Di bengkel di Jogja. Itulah pekerjaan pertamanya. Dengan gaji Rp 4.000/hari. "Saya dibayar harian karena tidak punya KTP," ujar Siswanto. Peralatan hadiah dari Kemensos sendiri lantas dikelola desa. Namun, hanya sebentar: tidak bisa jalan. Dua tahun di Jogja, Siswanto pulang kampung: dirikan bengkel sendiri. Laris. Banyak uang. Lalu hidupnya ngawur. Itu yang ia akui sendiri.

Bangkrut. Siswanto lantas ke Jakarta. Ia punya modal tambahan: bisa mengelas besi. Saat itu Mal Indonesia lagi dibangun di daerah Cempaka Putih. Ia bekerja jadi tukang las di proyek yang lagi dikebut itu. Di lantai lima. Hujan turun. Proyek harus cepat rampung. Mal harus segera bisa mencari uang. Mandor Siswanto mengharuskan pengelasan tidak boleh berhenti karena hujan. Di tengah hujan itu Siswanto kesetrum listrik. Pingsan. Ia tidak ingat apa-apa kecuali merasa seperti didatangi istri dan anaknya: agar pulang ke Banyumas. ADVERTISEMENT Siswanto pulang. Tidak tahu harus kerja apa. Saat menganggur di akhir tahun 2016 itulah ia melihat acara gosip di TV. Yang lagi menayangkan sosok Atta Halilintar. Yang punya banyak uang dari YouTube. Siswanto terinspirasi oleh acara itu. Siapa bilang acara gosip tidak berguna. Memasuki tahun 2017, Siswanto mencoba merekam lucu-lucuan. Yakni komedi dalam bahasa ngapak –bahasa lokal Banyumas. Itu meniru sukses kecil orang di kabupaten tetangga.