Sunday, August 16, 2009

Pesepakbola, Pekerja Kantoran dan Pengusaha
(Antara usia dan karir)

Cristiano Ronaldo, kalau dilihat nilai transfer perpindahannya ke Real Madrid, juga penghasilannya per pekan, benar-benar fantastis. Mungkin menurut sebagian orang, uang itu tidak akan habis dimakan tujuh turunan.


Sedangkan Ronaldo yang satunya lagi, The Phenomenon, kondisinya berbanding terbalik. Setelah sering dibayangi cedera, nilainya jatuh. Padahal dulunya sering dielu-elukan. Nasib yang dialami The Phenomenon, mungkin sekarang ini juga sedang menghantui para pemain gaek yang ‘seangkatan’ dengannya. Sebut saja Michael Owen, David Beckham, Alessandro Del Piero, dan lainnya.


Yang ingin disoroti adalah, sepertinya karir pesepakbola pendek saja. Sebelum 25 tahun begitu dielu-elukan. 25-30 tahun bintangnya mulai redup. Akhirnya setelah 30 tahun, klubnya mulai ancang-ancang untuk ‘membuang’nya.


Jadi bila dirata-rata, karir pesepakbola hanya sampai umur 30 tahun saja. Mungkin karena sadar akan hal itu, Zinedine Zidane memutuskan untuk pensiun di usianya yang 30 tahun (atau lebih ya?) Paolo Maldini adalah kasus lain karena mungkin hanya segelintir orang yang tetap cemerlang di usianya yang 40. Beberapa lagi mungkin ada yang karirnya naik menjadi pelatih atau bahkan pemilik klub tempat dia dulu dibesarkan. –Tapi ada gak yah pemilik klub yang dulunya pemain bola?-


Kasihan sebenarnya. Jika saja mereka sadar dan bisa memanfaatkan kesempatan, tentu penghasilannya yang tinggi itu bisa menyejahterakannya ketika saat sepah itu dibuang tiba. Namun tidak sedikit yang terlena. Penghasilannya yang tinggi hanya dihabiskannya di klub malam, membeli barang-barang mewah yang dipakai untuk hura-hura, ‘kumpul-kumpul’ dengan wanita murahan, dan berbagai aktivitas yang hanya menghamburkan uangnya.


Bagaimana dengan pekerja kantoran?


Mungkin hanya beda tipis. Kalau melihat lowongan di koran, rata-rata perusahaan menginginkan karyawan baru yang usianya di bawah 30. Tapi, untuk mereka yang di atas 30 ditawarkan posisi yang lebih menjanjikan seperti manajer ataupun CEO. Namun itu jarang sekali, dan mungkin hanya bisa didapat melalui relasi. Dan menjelang usia 60, para pekerja tersebut harus mulai bersiap-siap untuk ‘angkat kaki’ dari perusahaan tempat dia bekerja.


Beda lagi dengan pengusaha.


Waktu dan uang berada di bawah kendalinya, meskipun hal itu tidak didapatnya sekedipan mata. Memang, untuk menjadi pengusaha harus tekun dan tahan banting. Namun bila dia sudah bisa mengatasi semua rintangan yang dihadapi, masa depannya akan lebih cerah. Usianya pun tidak menjadi suatu sandungan dalam karirnya. Karena hanya dia dan Tuhannya yang memutuskan, kapan saatnya berhenti.


Ketiga profesi tersebut memiliki tantangannya masing-masing. Namun hidup terus berjalan. Bukan suatu kebanggaan bila masa tua kita menjadi beban bagi orang lain.


Jadi tinggal pilih : Pemain bola yang hanya sampai 30 tahun, pekerja kantoran yang hanya sampai 60-an tahun, atau pengusaha seumur hidup...


No comments: